“Designed by Apple in California. Assembled in China", adalah kata pertama yang mungkin kamu temukan di kemasan produk Apple baik iPhone, Mac atau Apple Watch misalnya.
Ya, Apple memang melakukan proses manufaktur atau perakitan produknya di Tiongkok. Namun jauh sebelum itu, produk Apple dirakit langsung di Amerika Serikat dan hasilnya sungguh kacau.
Hal ini disampaikan oleh Jean-Louis Gassée kepada NY Times dalam wawancaranya. Gassée dulunya bekerja di pabrik Apple yang terletak di Fremont, California sejak tahun 1988.
Menurut Gassée, mencoba untuk membuat pabrik manufaktur Apple di Amerika Serikat adalah salah satu kegagalan Steve Jobs.
Pendiri Apple ini sungguh terobsesi dengan budaya manufaktur di Jepang. Namun sayangnya tenaga kerja dan kultur tersebut tidak cocok untuk dibawa ke Amerika Serikat.
“The Japanese were heralded as wizards of manufacturing. The idea was to create a factory with just-in-time delivery of zero-defect parts. It wasn’t great for business.”Baca Juga: Apple Pindah Produksi iPhone ke Pegatron Demi Terhindar Larangan Qualcomm
Gassée bercerita bahwa di pabrik tersebut dia pernah mengerjakan tugas untuk merakit layar dan bezel komputer dengan obeng. Sore harinya saat akan pulang, dia harus menyapu lantai dan mengambil semua suku cadang yang gagal dipasang untuk dibersihkan.
Akhirnya pabrik komputer Mac ini tutup pada tahun 1992. Alasannya apalagi jika bukan volume produksi yang jauh dari bayangan Steve Jobs dan angka penjualan rendah.
“We don’t have a manufacturing culture,” Mr. Gassée said of the nation’s high-technology heartland, “meaning the substrate, the schooling, the apprentices, the subcontractors.”Sayangnya Steve Jobs belum belajar dari kegagalan tersebut.
Pria ambisius ini kembali membuat pabrik manufaktur baru untuk perusahaan barunya, Next .Inc di tahun 1990.
Dengan modal $10 juta untuk sebuah pabrik baru, Steve Jobs tetap belum berhasil mengimbangi jumlah produksi dan biaya pekerjaan yang harus dilakukan.
Hingga akhirnya setelah Steve Jobs kembali ke Apple di tahun 1997, Tim Cook masuk ke Apple untuk menjadi SVP of Worldwide Operations.
Baca Juga: Apple Bangun Apple Campus Baru di Austin dan Ribuan Lapangan Kerja di AS
Tim Cook sebelumnya sudah menguasai manufaktur global untuk rantai penyuplai di IBM dan juga Compaq Computer.
Setelah itu Apple mulai melakukan strategi produksi outsourcing manufacturing untuk mencari perakit produk mereka di luar Amerika Serikat. Tentunya dengan biaya produksi yang lebih rendah dan kualitas tetap sesuai standar permintaan.
Tony Fadell, desainer perangkat keras untuk iPod dan iPhone juga menjelaskan bahwa masa awal kerjanya adalah bepergian ke Jepang.
Tujuannya adalah mempelajari proses manufaktur di negara tersebut, berlanjut hingga ke Korea, Taiwan hingga ke Tiongkok.
“When I started my career, all my flights were to Japan. Then all my flights went Korea, then Taiwan, then China.”Kini di era presiden Donald Trump, Apple dan beragam perusahaan teknologi terus didesak untuk membuat pabrik di Amerika Serikat.
Bahkan kabarnya Trump akan memberikan tarif tambahan untuk impor produk iPhone dan smartphone lainnya jika masih diproduksi di Tiongkok.
Bagaimana pendapat kamu jika Apple harus memindahkan pabriknya lagi ke Amerika Serikat? Apakah akan gagal seperti 30 tahun lalu?