58 tahun yang lalu, pendiri INTISARI yakni Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong memilikikeinginan untuk dapat mencerahkan masyarakat.
Kedua tokoh besar di Tanah Air ini ingin mencerahkan masyarakat lewatsebuah akses informasi yang nyata, bukan hanya sekedar opini atau renungan belaka.
Dari situlah akhirnya salah satu media terbesar di Indonesia, INTISARI, resmi memulai debut perdananya.
Baca Juga: Cerita Dibalik Foto Pasar Indonesia yang Diunggah Akun Instagram Apple
Debut perdana INTISARI ditandai dengan perilisan sebuah majalah monokrom tanpa sampul.
Meskipun tanpa sampul, tetapi edisi perdana majalah INTISARI tersebut tidak telanjang dan tetap terlihat formal.
Majalah yang dirilis tepat di tanggal 17 Agustus 1963 tersebut memiliki tebal 128 halaman, dan dijual dengan harga Rp. 60 untukJakarta dan sekitarnyaserta Rp. 65 untuk luar kota.
Dari total 10.000 eksemplar, semuanya ludes atau habis dibeli oleh masyarakat.
Sementara itu, hasil dari penjualan beberapa edisi awal majalah INTISARI, disumbangkan untuk pembangunan salah satumonumen kebanggaan Indonesia.
Beberapa edisi awal majalah INTISARI turut andil dalam pembangunan Tugu Monumen Nasional.
Tentunya, hal tersebut berarti para pembaca majalah INTISARI di masa lalu memiliki peran dalam pembanguan Tugu Monumen Nasional, yang mana sampai sekarang masih berdiri kokoh di Jakarta.
Lebih lanjut,Jakob Oetama dan Petrus Kanisius Ojong sendiri merupakan dua orang yang berlatar belakang pendidik atau guru.
Selain itu, keduanya juga merupakan sosok Jurnalis yang idealis dan punya minat tinggi pada Histori.
Oleh karena hal tersebut, baik Jakob Oetama maupun Petrus Kanisius Ojong pernah menulis berbagai macam buku-buku bertema Histori.
Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan, iBox Diskon AirPods Pro dan Apple Watch 6
Sejak April tahun ini, INTISARI kembali menghadirkankisah-kisah bertemahistori, biografi, dan tradisi yang dikemas 'kekinian'.
Tujuannya agar para pembaca dapatmenemukan kembali keasyikan sebagai manusia Indonesia melalui kisah berlatar sejarah dan budaya.
Kisah-kisah tersebut akan hadir dalam bentuk majalah dan secara online melalui website INTISARI.
Selain itu, guna menjangkau para generasi masa kini, kisah-kisah itu pun akan hadir melalui media sosial.
Histori -Kisah masa lalu mengenai sejarah suatu kejadian atau peristiwa, namun akan dikaitkan dengan kondisi saat ini.
Biografi -Kisah dari tokoh inspiratifyang dapat menginspirasi masyarakat Indonesia supaya dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Tradisi -Kisah mengenai penjelajahan budaya dari gastronomi sampai candi, sebagai tanda dari kecemerlangan Nusantara.
Baca Juga: Indosat Ooredoo Buka Registrasi Uji Coba eSIM! Mendukung iPhone, iPad, Apple Watch
Setiap bulannya, INTISARI telah rutin menyajikan 'edisi khusus' yang berisi tentang cerita dibalik sampul.
INTISARI mempunyai keyakinan untuk tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga bertumpupada narasi manusianya.
Menurut INTISARI, peristiwa-peristiwa yang terjadi hari ini tidak terlepas dari peristiwa dan pelakunya pada masa silam.
Kebenaran terendah adalah kebenaran kata-kata, sedangkan kebenaran tertinggi adalah moral cerita.
INTISARI selalumemilih setiap cerita yang bisa mewakili pelajaran dan teladan untuk kehidupan sekarang, bahkan cerita kematian pun mengajarkan kehidupan.
Sepanjang tahun 2021, INTISARImengajak para pembacanya untuk tetap bersemangat lewat #KitaDigdaya.
Melalui#KitaDigdaya, INTISARI bertujuan untuk dapatmengungkap kembali kejeniusan sejarah dan budaya Nusantara, serta membangun
Selain itu, INTISARI memiliki tujuan agar kepercayaan diri dan kebesaran jiwa untuk bangkit dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh para pembaca dapat terbangun kembali.
INTISARI berharap dapatmembangkitkan kembali daya literasi Indonesia, terutama terhadappemahaman tentang kebhinekaan, budaya, manusia, dan bentang alam.
Tidak hanya itu saja, lewat sejumlah topik terkaitisu-isu global, INTISARI berharap para pembaca juga dapat menjadi lebih paham terkait topik tersebut.
Baca Juga: Majalah Time Nobatkan Tiga Produk Apple Sebagai Gawai Dekade Terbaik
Hampir tiga dekade yang lalu, Jakob Oetama pernahmenerawang tentang media-media yang mampu bertahan hidup dalamPerspektif Pers Indonesia.
Jakob Oetama berujar,“Kata kunci di sini adalah bahwa media cetak bertahan hidup bahkan akan tetap berkembang sekalipun menghadapi saingan media elektronis,”.
Jakob Oetama menambahkan, “asalkan tanggap akan perubahan dan mampu menyesuaikan serta menguasai perubahan. Inovasi dan adaptasi!”.
Kini, perjalanan INTISARI telah menembus lorong waktu. Selamat ulang tahun yang ke-58 bagi INTISARI dan KG MEDIA.
#KitaDigdaya