Review Broken Age: Kabur & Keluar Dari Dunia Menjemukan

Jumat, 04 Desember 2015 | 13:46

Pada Februari tahun 2012 lalu, sebuah kickstarter berhasil mengumpulkan dana sebesar $3,336,371. Jumlah dana ini jauh dari perkiraan dana yang mereka inginkan pada awal dimulainya proyek. Kickstarter ini bernama Double Fine Adventure dengan proyek game petualangannya, yang ditujukan untuk Mac dan PC. Karena dana yang berlebih ini, mereka pun kemudian menjadwalkan untuk merilis gamenya untuk platform iOS dan Android juga.

Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2014, Act 1 dari Broken Age muncul. Ya, bagian pertama dari game yang dihasilkan oleh Tim Schafer, otak dibalik game petualangan klasik Grim Fandango dan The Secret of Monkey Island ini akhirnya resmi dirilis. Act 2 atau bagian keduanya kemudian dirilis pada akhir tahun 2014.

Cerita dari Broken Age sendiri cukup panjang, oleh karena itu, maafkan saya apabila saya harus bercerita sedikit tentang karakternya. Saran saya, lompati bagian tengah artikel ini agar terhindar dari spoiler cerita dan langsung saja membaca kesimpulan yang saya berikan. Tetapi jika kalian penasaran, silahkan saja tetap lanjut membaca.

Petualangan Vella & Rutinitas Harian Shay

Disini, kalian akan bermain sebagai dua karakter berbeda. Vella, seorang wanita petualang, yang berusaha mencari jalan pulang kembali ke kotanya. Dan Shay, seorang lelaki yang mempunyai rutinitas yang monoton.

Vella terpaksa menjadi seorang Maiden, yaitu sebutan untuk para perempuan yang menjadi makanan persembahan untuk seorang dewa yang berbentuk monster bernama Mog Chotra. Entah karena bujukan sang kakek yang berhasil mempengaruhi Vella, atau memang kata hatinya yang tidak ingin mati begitu saja, Ia akhirnya memutuskan untuk kabur di saat-saat terakhir. Vella terpaksa meninggalkan desanya untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Shay adalah seorang yang tinggal di sebuah bunker. Di dalamnya, tidak banyak yang dapat Ia lakukan. Kegiatan Shay setiap harinya dimulai dengan sarapan semangkuk sereal, berpetualang ke tempat yang sama, minum vitamin yang sama, berpetualang ke tempat yang sama untuk kedua kalinya, menggosok gigi, lalu beristirahat malam. Rutinitas ini membuat Shay sangat bosan sampai akhirnya Shay bertemu dengan seekor serigala yang merubah hari-harinya, mengajaknya berpetualang ke tempat yang nyata.

Kedua karakternya digambarkan secara baik. Animasinya karakter pembantu juga terlihat baik dan sangat detail. Warna-warni yang muncul pada game memberi kesan ceria, mengingatkan kita sekali lagi bahwa Broken Age memang sebuah game yang menawan. Misteri yang dibangun oleh tiap-tiap karakter yang akan kalian temui di sepanjang cerita di dalam game membuat pemain tetap penasaran, mencoba menebak-nebak apa hubungan antara kedua karakter ini.

Berganti Karakter Sesuka Hati

Seperti halnya game point-and-click lainnya, kalian akan menemukan banyak karakter dan objek yang dapat diajak berinteraksi. Interaksi dengan banyak karakter berarti memudahkan kalian untuk menemukan apa tujuan dari petualangan kalian sebenarnya. Dan tentu saja, agar kalian dapat mengetahui jalan ceritanya.

Objek yang dapat diajak berinteraksi pun dapat dikombinasikan satu dengan yang lain, sehingga akhirnya objek tersebut berubah menjadi objek yang baru. Objek baru ini nantinya dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, membantu kalian menyelesaikan puzzle demi puzzle.

Permainan berlangsung menurut keinginan pemain, dalam artian, kalian dapat berpindah karakter kapanpun dan berapa kalipun kalian mau. Saya kebetulan bermain sebagai Shay dan kemudian berganti ke Vella saat saya menemui kesulitan. Hal ini cukup unik mengingat tidak banyak game puzzle yang memberikan opsi pilihan seperti ini.

Tidak Ada Petunjuk Di Dalam Game

Sebagai pecinta game point-and-click, saya sadar bahwa puas rasanya jika kita dapat memecahkan satu teka-teki tanpa bantuan apapun. Karena memang disinilah letak tantangan dari sebuah game puzzle. Namun, semua ada batasannya. Tidak semua teka-teki mudah untuk dipecahkan dan ini berarti saya harus meminta bantuan, sebuah petunjuk.

Kabar buruknya, Broken Age tidak memiliki fitur petunjuk. Kalian dipaksa untuk benar-benar bermain sendiri. Kalian harus mengandalkan pikiran sendiri untuk menyelesaikan setiap puzzlenya. Tidak ada satupun petunjuk yang disediakan, sehingga jika kalian terpaksa harus berhenti karena bingung, youtube dan walkthrough yang tersebar di internet adalah jalan terakhir. Sedikit disayangkan memang, mengingat game ini begitu baik, tetapi fitur kecil seperti ini dilupakan atau memang dihilangkan begitu saja.

Baca Juga:

Kesimpulan

Broken Age adalah sebuah game yang sulit, dan terkadang akan menjadi sangat sulit karena tidak adanya sistem petunjuk. Satu-satunya cara untuk kalian dapat mempersingkat waktu adalah dengan mengaktifkan ikon mata di ujung kanan atas layar, agar objek yang dapat kita ajak interaksi pada game bersinar dan memudahkan kita untuk menebak apa kegunaan dari objek-objek tersebut. Hal ini tetap saja akan membingungkan dan tidak akan membantu banyak ketika kalian sudah benar-benar putus asa.

Grafisnya terlihat seperti game anak kecil, namun gaya penceritaan dan jalan ceritanya sendiri dapat dinikmati oleh semua umur. Jangan tertipu dengan tampilannya karena Broken Age adalah game yang sulit. Dan dunianya yang digambarkan di dunia fantasi mungkin akan membuat beberapa dari kalian tidak menyukainya. Namun menurut saya, logika di game ini tetap menyenangkan dan saya yakin kalian akan menyukai setiap misterinya.

Jika kalian tidak puas hanya memainkan game ini pada layar iPhone yang kecil, Broken Age juga tersedia untuk dimainkan di dekstop dan kalian dapat membelinya lewat Mac App Store ataupun Steam.

iPhone, iPad, & iPod touch

Download Broken Age ™ · Harga: 75000

Mac

Download Broken Age · Harga: 299000


Akses juga MakeMac melalui MM Reader untuk iPhone

Editor : Alexius Aditya