Follow Us

Lumino City, Sebuah Game Petualangan Puzzle Buatan Tangan

Alexius Aditya - Jumat, 06 November 2015 | 21:46
Lumino City, Sebuah Game Petualangan Puzzle Buatan Tangan

Belakangan ini sepertinya banyak game puzzle dirilis ke App Store dalam waktu yang hampir bersamaan. Almost Impossible dan Agent A – A puzzle in disguise adalah beberapa diantaranya. Ada satu-dua hal yang sama diantara ketiga game puzzle tersebut, yaitu sisi grafisnya yang mencolok. Sisi grafis dari ketiga game puzzle adventure ini memang benar-benar dibuat untuk menarik hati para pemain. Mengajak pemain untuk dapat menikmati pemandangan di dalam game.

Lumino City adalah sebuah game puzzle adventure yang merupakan sekuel dari game pertamanya bernama Lume. Game yang merupakan garapan dari tim pengembang State of Play ini pertama kali dirilis pada tahun 2012 lalu. Lume bisa dibilang dibuat dengan sangat baik, namun jalan ceritanya yang terlalu pendek membuat para pemain kecewa.

Klik tautan ini jika video di atas tidak muncul.

Buku Petunjuk Milik Kakek

Cerita dimulai saat Lumi, karakter anak kecil perempuan yang akan kalian mainkan disini, berbincang dengan sang kakek. Lumi sedang menyiapkan teh ketika sang kakek yang seharusnya hanya pergi untuk mengambil buku, justru menghilang. Satu-satunya petunjuk yang Lumi miliki hanyalah buku petunjuk sang kakek yang kebetulan jatuh.

Dunia pada Lumino City dibuat dengan gaya low-poly, terlihat seperti kardus yang diberi warna. Jalan ceritanya linear sehingga semua hal yang kalian perlukan dalam sebuah area tertentu sudah pasti tersedia di area tersebut. Kalian akan berpetualang di kota yang dipenuhi dengan berbagai macam puzzle. Puzzle ini tentunya juga akan memiliki kesulitan yang beragam. Dari yang terhitung sangat mudah, sampai yang hampir tidak mungkin diselesaikan.

Disinilah buku petunjuk sang kakek akan berguna. Buku petunjuk yang telah kalian bawa di sepanjang permainan berisi tentang bagaimana kalian menyelesaikan setiap puzzlenya. Buku ini tentu saja menjadi hal yang bisa sangat membantu, sekaligus menjadi spoiler, terutama untuk kalian yang menyukai misteri.

Kota Buatan Tangan, Dalam Arti Yang Sebenarnya

Tampilan pada Lumino City cukup sederhana, namun detail. Semua hal yang ada ditampilkan secara penuh pada tampilan utamanya. Ketika karakter menyimpan objek, maka semuanya akan disimpan menjadi satu di dalam inventory karakter. Kalian dapat mengakses inventory dengan melakukan tap pada karakter. Untuk menggunakannya, kalian dapat melakukan tap lalu tahan objek yang dimaksud, dan menariknya ke arah objek lain.

Semua hal yang terdapat di Lumino City dibuat dengan tangan, dalam arti yang sebenarnya. Tim pengembang benar-benar membuat model setinggi sepuluh kaki, yang dibuat dari kertas, kardus, dan lem. Semua objek digerakkan oleh sebuah mekanisme dan diterangi oleh lampu kecil. Oleh karena itu tidak mengherankan jika detail dari game ini begitu baik. Mulai dari karakter Lumi sendiri, rumah, hingga detail kecil seperti pagar, tangga, atap, semuanya terpotong dengan rapi dengan bantuan laser pemotong.

Aktifitas Pada Game Cenderung Repetitif

Grafisnya memang dibuat dengan sangat baik, namun begitu, aktifitas di dalam Lumino City terasa repetitif. Hal ini mungkin tidak terlalu terasa pada awal permainan, namun setelah kalian dapat berpetualang lebih jauh, maka pola pengulangan aktifitas ini akan mulai terasa. Terbukanya area baru berarti bertemu dengan karakter dan puzzle baru. Kalian lalu harus memecahkan puzzle tersebut untuk dapat membuka area berikutnya. Begitu pola yang disajikan terus-menerus. Jenis puzzle yang dibuat berbeda satu dengan yang lain sedikit membantu disini, membuat pemain penasaran untuk tetap bermain.

Tidak adanya perbedaan antara objek yang pasif dengan objek yang dapat berinteraksi berpotensi untuk membuat pemain pemula merasa kebingungan. Kalian harus jeli untuk menemukan puzzle atau objek yang sekiranya dapat disimpan atau dikendalikan di dalam game. Hal ini memang bukan masalah besar, tetapi alangkah baiknya jika hal kecil ini justru mendapat perhatian.

Baca Juga:

Editor : Alexius Aditya

Latest