Review Ragnarok M: Eternal Love, Sensasi Nostalgia Game MMORPG Ragnarok

Rabu, 21 November 2018 | 14:28

Game yang satu ini sebenarnya merupakan sebuah nostalgia masa kecil saya. Kala itu, bersama dengan saudara laki-laki, saya seringkali mencuri waktu tidur siang untuk bermain game yang satu ini di warnet dekat rumah.

Sebuah game MMORPG fenomenal yang dikembangkan oleh pengembang Gravity, dimana komunitas pemainnya merupakan yang paling besar dibandingkan dengan game online serupa.

Game itu bernama Ragnarok Online, yang sekarang dirilis ulang untuk dapat dimainkan di ponsel menggunakan nama Ragnarok M: Eternal Love.

Visual Lebih Baik

Jika kamu mengingat kembali Ragnarok versi 2003 yang hadir untuk PC, maka kamu pasti langsung menyadari bahwa game ini mendapatkan peningkatan visual yang cukup signifikan. Gambar 3D pada versi ponsel terlihat jauh lebih bagus dan lebih hidup. Dua hal diatas menjadikan seluruh permainan menjadi lebih baik dibandingkan versi lamanya.

Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada visual dari karakter dan dunianya saja, namun juga pada desain UI secara keseluruhan. Adalah normal bagi sebuah game online memiliki tampilan UI yang hampir memenuhi seluruh permukaan layar. Namun pada Ragnarok M: Eternal Love, pengembang cukup bisa mempertahankan keseimbangan antara banyaknya menu tampilan tadi dengan presentasi gamenya sendiri, yang mendapatkan porsi paling besar.

Baca Juga : Review Alphaputt, Bermain Golf di Deretan Alfabet

Pilih Job, Skill, dan Status

Seperti halnya pada MMORPG lainnya, pada Ragnarok, kamu bisa memilih job yang beraneka-ragam. Selain job, kamu juga bisa mengatur skill yang bisa dibangun, menjadikan karaktermu terfokus pada satu job tertentu. Tidak mau ketinggalan, tampilan status keseluruhan yang memperlihatkan seberapa kuat dan pintar karaktermu, atau seberapa besar HP yang dimilikinya.

Mekanisme ini diadaptasi langsung dari versi lamanya, sehingga kamu yang pernah memainkan versi lamanya bisa secara langsung merasa familiar dengan tampilan yang diberikan. Sedangkan bagi kamu yang baru pertama kali bermain, jangan takut karena tampilannya sangat mudah dimengerti.

Auto-Battle

Ada dua hal yang paling penting dalam Ragnarok, yaitu level dan material yang bisa digunakan untuk membuat senjata. Maka kamu akan menghabiskan waktumu untuk melakukan grinding mendapatkan dua hal tersebut.

Fitur auto-battle yang terdapat pada versi ponsel mempermudah aktivitas ini. Grinding yang menjadi aktivitas utamamu saat bermain menjadi sedikit lebih mudah untuk dilakukan karena kamu tidak lagi harus melakukannya secara manual, namun game bisa melakukannya secara otomatis.

Baca Juga : Review Blackmoor 2, Permainan Aksi Brutal Tanpa Batas

Kesimpulan

Versi modern dari Ragnarok ini diharapkan bisa menyembuhkan rasa rindu bagi gamer yang ingin memainkan Ragnarok lagi setelah bertahun-tahun lamanya kehilangan game favoritnya ini.

Tidak hanya itu, dengan sifatnya yang mobile, versi ponsel ini dimaksudkan untuk bisa menjembatani antara kesibukan para gamer dalam melakukan rutinitas harian, serta keinginannya untuk bermain game.

Sayangnya, hadirnya versi gratis berarti membawa beberapa konsekuensi. Pertama, fitur auto-battle yang mempunyai limitasi waktu. Setiap harinya, kamu hanya bisa mengaktifkan fitur ini selama 300 menit saja.

Setelahnya, kamu harus melakukannya sendiri secara manual. Ini mungkin tidak masalah bagi mereka yang memang menjadikannya sebuah hiburan semata. Tapi bagi para hardcore gamer yang bermain game lebih dari 5 jam sehari, maka fitur ini justru menjadi batasan mereka.

Secara keseluruhan, fitur dan mekanisme pada Ragnarok M: Eternal Love masih cukup baik, dibandingkan dengan game serupa pada era modern ini.

Game yang fantastis pada masanya ini masih bisa disandingkan dengan game serupa lainnya, dan masih mempunyai taring yang tidak kalah tajam. Ini jelas merupakan obat bagi rasa rindu para gamer yang ingin bermain Ragnarok sekali lagi, tentunya dengan sejumlah konsekuensi di berbagai sisi permainan.

DownloadRagnarok M: Eternal Love for iOS

Klik tautan ini jika video di atas tidak muncul.

Editor : Alexius Aditya