Dengan modal $10 juta untuk sebuah pabrik baru, Steve Jobs tetap belum berhasil mengimbangi jumlah produksi dan biaya pekerjaan yang harus dilakukan.
Hingga akhirnya setelah Steve Jobs kembali ke Apple di tahun 1997, Tim Cook masuk ke Apple untuk menjadi SVP of Worldwide Operations.
Baca Juga: Apple Bangun Apple Campus Baru di Austin dan Ribuan Lapangan Kerja di AS
Tim Cook sebelumnya sudah menguasai manufaktur global untuk rantai penyuplai di IBM dan juga Compaq Computer.
Setelah itu Apple mulai melakukan strategi produksi outsourcing manufacturing untuk mencari perakit produk mereka di luar Amerika Serikat. Tentunya dengan biaya produksi yang lebih rendah dan kualitas tetap sesuai standar permintaan.
Tony Fadell, desainer perangkat keras untuk iPod dan iPhone juga menjelaskan bahwa masa awal kerjanya adalah bepergian ke Jepang.
Tujuannya adalah mempelajari proses manufaktur di negara tersebut, berlanjut hingga ke Korea, Taiwan hingga ke Tiongkok.
“When I started my career, all my flights were to Japan. Then all my flights went Korea, then Taiwan, then China.”Kini di era presiden Donald Trump, Apple dan beragam perusahaan teknologi terus didesak untuk membuat pabrik di Amerika Serikat.
Bahkan kabarnya Trump akan memberikan tarif tambahan untuk impor produk iPhone dan smartphone lainnya jika masih diproduksi di Tiongkok.
Bagaimana pendapat kamu jika Apple harus memindahkan pabriknya lagi ke Amerika Serikat? Apakah akan gagal seperti 30 tahun lalu?