Pada tahun 2020, Apple bersedia membayar 3,7 juta US Dollar atau sekitar Rp 52,5 Miliar sebagai hadiah kepada penemu bug major di sistem operasi Apple.
Sedangkan Google sendiri berani membayar 6,7 juta US Dollar atau sekitar Rp 95,2 Miliar kepada peneliti keamanan yang menemukan bug di platformnya.
Kemudian, Microsoft menjanjikan hadiah 13,6 juta US Dollar saat peneliti keamanan berhasil menemukan bug major dan melaporkannya ke perusahaan.
Baca Juga: Tim Cook Akan Bertemu Presiden AS Bahas Cybersecurity, Dampak Pegasus?
Selain masalah hadiah, peneliti keamanan juga menyayangkan sikap Apple yang cenderung membatasi feedback tentang bug jenis apa yang akan menerima hadiah.
Keengganan Apple untuk bersikap lebih terbuka dengan peniliti keamanan menjadikan beberapa peneliti berhenti untuk membantu Apple dalam mencari bug di sistem operasi mereka.
Bahkan, beberapa peneliti keamanan lebih memilih untuk menjual temuan bug mereka ke perusahaan jasa pertesan atau lembaga pemerintah.
Keluhan peneliti keamanan terhadap program Bug Bounty Apple di atas telah ditanggapi oleh Ivan Krstic sebagai Head of Secuity Engineering and Architecture.
Ivan mengatakan kepada Washinton Post bahwa Apple merasa program Bug Bounty miliknya telah berhasil.
Terkait masalah hadiah yang ditawarkan, Apple telah meningkatkan jumlah hadiah sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan tahun 2019 lalu.
Selain itu, Apple juga akan menawarkan imbalan baru yang tentunya lebih besar di masa mendatang.
Bagaimana pendapat kalian tentang program Bug Bounty Apple ini?