Seorang mahasiswa lulusan dari New York University, Dejian Zeng, mengungkapkan pengalaman seperti apa rasanya bekerja di salah satu pabrik perakitan iPhone milik Pegatron yang merupakan manufaktur rekanan Apple.
Diwawancarai oleh Business Insider, Zeng mengatakan dirinya bekerja di pabrik Pegatron dengan menyamar selama 6 bulan untuk proyek musim panasnya di tahun 2016 yang lalu. Pabrik tersebut terletak tidak berada jauh dari Shanghai, Tiongkok.
Di pabrik Pegatron, Zeng mengatakan dia ditempatkan di area perakitan akhir di mana dia merakit iPhone 6s dan berikutnya iPhone 7 di bulan Agustus. Setiap hari, dia bangun pukul 6.00/6.30 petang karena dia bekerja di malam hari mulai pukul 8.30.
Pekerjaan Zeng sebenarnya terbilang mudah yaitu hanya menempelkan stiker di casing belakang iPhone dan menancapkan baut saja. Namun dia mengatakan sangat kebosanan karena dilakukan berulang-ulang sepanjang hari.
Aturan yang diterapkan pun sangat ketat. Pegatron melarang para pegawai untuk membawa perangkat elektronik ke dalam pabrik. Mendengarkan musik atau berbicara dengan pegawai lain juga dilarang saat banyak waktu menunggu beberapa jam untuk merakit iPhone. Zeng mengaku keadaan tersebut membuatnya sangat kesal.
Begitu juga percobaan produksi iPhone 7. Zeng mengatakan aturan semakin diperketat dengan menggunakan alat pendeteksi metal. Belum cukup, para pegawai diharuskan melewati dua pemeriksaan keamanan.
Bukan hanya itu, kebersihan pun sangat diperhatikan. Pihak manajemen memastikan bahwa pabrik harus sangat bersih dari kotoran atau debu. Serta perlengkapan perakitan harus sesuai dengan tempatnya.
Zeng mengatakan mendapatkan gaji sebulan sebesar 3100 Yuan atau $450 (sekitar Rp 6 juta). Gaji tersebut sudah termasuk lembur. Para pegawai disebutkan bekerja selama 12 jam termasuk istirahat dan makan siang. Namun dia bekerja selama 10,5 jam. Di luar itu, para pegawai mendapatkan fasilitas asrama untuk tidur. Satu kamarnya diisi oleh 7 orang pegawai.
Banyak di antara pegawai disebutkan tidak memiliki iPhone karena harganya yang tidak terjangkau dan upah yang tidak begitu besar meskipun mereka menginginkannya. Mayoritas menggunakan smartphone lokal.
Some workers have iPhones. But not very many because of the monthly wage.Zeng menyebut tidak suka dengan pekerjaannya tapi juga tidak membencinya. Karena, itu adalah pekerjaan yang menghasilkan uang untuk menyambung hidup dan mendukung keluarga.If they are affordable for workers, then they will buy Apple. But they are saying “I really want that?†Can they save two month’s wages to get an iPhone? They won’t do that. The phones they generally use are Chinese productions like Oppo or something like that.