Setelah ditelusuri, Wall Street Journal mengungkap beberapa hal terkait pertanyaan tersebut.
Pertama, Apple berpedoman data publik terbaru soal penyebaran COVID-19 di wilayah Apple Store berada.
Baca Juga: Melbourne Kembali Terapkan Lockdown, Apple Store Juga Ikut Tutup
Jika data publik tak ada, perusahaan berinisiatif untuk meminta data ke departemen kesehatan setempat.
Hal itu yang membuat Apple bisa lebih dulu menutup toko retailnya sebelum adanya lonjakan COVID-19 di wilayah tersebut.
Berikutnya, alasan keputusan cepat yang diambil jelas, faktor utamanya adalah kesehatan dan keselamatan.
Selain itu, toko offline bukanlah satu-satunya pendapatan terbesar Apple.
Baca Juga: Kantor dan Toko Apple di AS Masih Tutup Hingga Akhir Tahun 2020
Berdasarkan data Loup Ventures, pemasukan Apple didominasi dari online store sebesar 10-12%.
Sedangkan toko offline hanya menyumbang 8-10% pemasukan perusahaan.
Selama Q2 2020, arus kas Apple berada di angka $30 milyar, padahal saat itu banyak Apple Store yang tutup.
Baca Juga: Apple Store Kedua di Thailand Segera Dibuka Akhir Juli 2020