Follow Us

Bagai Peramal, Apple Store AS Tutup Menjelang Pertumbuhan Kasus COVID-19

Randy Fauzi F - Jumat, 24 Juli 2020 | 13:00
Apple Store Vala Centrum, Swedia
Apple

Apple Store Vala Centrum, Swedia

Sejak virus COVID-19 muncul, Apple jadi salah satu perusahaan yang aktif menerapkan kebijakan penutupan toko retail.

Hal tersebut ditengarai sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

Namun, ada satu fakta menarik di balik penutupan serentak Apple Store.

Menurut laporan Wall Street Journal, Apple selalu jadi perusahaan pertama yang berinisiatif untuk menutup toko retailnya.

Baca Juga: Melihat Keramaian Pengunjung Apple Store Sanlitun yang Baru Dibuka

Bahkan, di beberapa wilayah, penutupan dilakukan sebelum statistik kasus COVID-19 meningkat.

Misalnya di Amerika Serikat. Pada 14 Maret 2020, saat kasus COVID-19 berada di angka 1,678, Apple sudah mentup seluruh toko retailnya.

Sepekan kemudian, tepatnya pada 21 Maret 2020, kasus COVID-19 melonjak jadi 15,219.

Tak hanya itu, contoh lainnya seperti di United Kingdom (UK), pada 14 Maret 2020 Apple telah menghentikan aktifitas toko retailnya di sana.

Baca Juga: Merayakan 10 Tahun Aplikasi Apple Store, Belanja Jadi Lebih Mudah

Beberapa hari berikutnya, pemerintah UK menetapkan lockdown karena kasus COVID-19 yang terus menunjukan peningkatan.

Lalu, bagaiamana bisa Apple selalu jadi yang pertama dalam menerapkan kebijakan? dan kenapa Apple mengambil keputusan cepat untuk menerapkan kebijakan itu?

Setelah ditelusuri, Wall Street Journal mengungkap beberapa hal terkait pertanyaan tersebut.

Pertama, Apple berpedoman data publik terbaru soal penyebaran COVID-19 di wilayah Apple Store berada.

Baca Juga: Melbourne Kembali Terapkan Lockdown, Apple Store Juga Ikut Tutup

Jika data publik tak ada, perusahaan berinisiatif untuk meminta data ke departemen kesehatan setempat.

Hal itu yang membuat Apple bisa lebih dulu menutup toko retailnya sebelum adanya lonjakan COVID-19 di wilayah tersebut.

Berikutnya, alasan keputusan cepat yang diambil jelas, faktor utamanya adalah kesehatan dan keselamatan.

Selain itu, toko offline bukanlah satu-satunya pendapatan terbesar Apple.

Baca Juga: Kantor dan Toko Apple di AS Masih Tutup Hingga Akhir Tahun 2020

Berdasarkan data Loup Ventures, pemasukan Apple didominasi dari online store sebesar 10-12%.

Sedangkan toko offline hanya menyumbang 8-10% pemasukan perusahaan.

Selama Q2 2020, arus kas Apple berada di angka $30 milyar, padahal saat itu banyak Apple Store yang tutup.

Baca Juga: Apple Store Kedua di Thailand Segera Dibuka Akhir Juli 2020

Perusahaan juga masih mampu membayar gaji para karyawan Apple Store selama penutupan berlangsung.

Di samping mengutamakan kesehatan, selayaknya sebuah korporat, Apple juga tetap memikirkan strategi untuk tetap mendapat pemasukan.

Tak heran jika Apple masih bisa bertahan di tengah terpaan pandemi COVID-19. (*)

Editor : Bagus Hernawan

Baca Lainnya

Latest